By Dadan
Sutisna in Forum Peduli Bahasa Daerah Nusantara (Files)
Inilah
Gong Penabuh Kurikulum 2013, tulisan Wapres Boediono yang dimuat pada Kompas,
27 Agustus 2012
Barangkali
tak ada di antara kita yang tak setuju bahwa pendidikan punya peran besar dalam
pembangunan suatu bangsa. Namun, sering kali kita berhenti di situ, pada tataran
abstrak dan menerimanya sebagai kebenaran mutlak yang tidak perlu lagi dikaji
dan dirinci.
Berdasarkan
keyakinan itu, kita melaksanakan percepatan dan perluasan pendidikan melalui
aneka program pendidikan. Negara sebagai penjurunya dan masyarakat berpartisipasi
aktif.
Semangat ini
sudah benar. Namun, sebenarnya ada satu hal penting yang ”hilang”, yaitu
tentang ”apa” yang seyogianya diajarkan untuk menyiapkan manusia-manusia
Indonesia yang mampu berkontribusi maksimal bagi kemajuan bangsanya. Barangkali
sekarang sudah waktunya kita memikirkan secara lebih mendalam masalah yang
teramat penting ini.
Belum punya
konsep yang jelas
Saya harus
menyatakan bahwa sampai saat ini kita belum punya konsepsi yang jelas mengenai
substansi pendidikan ini. Karena tak ada konsepsi yang jelas, timbullah
kecenderungan untuk memasukkan apa saja yang dianggap penting ke dalam
kurikulum. Akibatnya, terjadilah beban berlebihan pada anak didik. Bahan yang
diajarkan terasa ”berat”, tetapi tak jelas apakah anak mendapatkan apa yang
seharusnya diperoleh dari pendidikannya.
Substansi
dasar yang memberikan isi pada kebijakan pendidikan kita perlu dibakukan.
Rumusan substansi yang jelas dan cermat akan dapat menjadi kompas dan perajut
bagi begitu banyak kegiatan dan inisiatif pendidikan di Tanah Air sehingga
mengurangi segala macam kemubaziran. Rumusan substansi tersebut haruslah
mengacu dan diturunkan dari konsepsi yang jelas mengenai bagaimana kemajuan
bangsa terjadi dan apa peranan pendidikan di dalamnya.
Saya tak
akan mengulang apa yang telah dikatakan oleh para pakar mengenai peran
strategis pendidikan dalam menyiapkan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek) bangsa, serta dengan demikian mendorong kemajuan bangsa. Kita semua
sepakat mengenai hal ini. Di sini saya ingin mengangkat sisi penting lain dari
pendidikan, yaitu perannya dalam mendukung kemajuan bangsa melalui dukungannya
dalam pembangunan sosial, ekonomi, dan politik.
Berikut ini
adalah butir-butir yang terkait dengan itu, yang saya sarikan dari hasil-hasil
riset di bidang ekonomi-politik dan sejarah (Daron Acemoglu & James A
Robinson, 2012). Penelitian-penelitian itu mencoba mengidentifikasi
faktor-faktor penentu utama kemajuan bangsa sebagai suatu entitas sosial,
ekonomi, politik berdasarkan analisis pengalaman sejarah bangsa-bangsa.
Beberapa
kesimpulan penting adalah sebagai berikut. Bahwa kemajuan suatu bangsa
ditentukan oleh mutu institusi-institusinya, terutama institusi politik dan
ekonominya. Proses kemajuan suatu bangsa terjadi dan berlanjut bila terjadi
interaksi positif antara institusi politik dan institusi ekonominya.
Bangsa-bangsa yang gagal maju—karena insiden sejarah atau barangkali karena
kelalaiannya sebagai bangsa—umumnya terperangkap dalam interaksi negatif dari
kedua kelompok institusinya tersebut.
Dari dua
kelompok institusi penentu kemajuan bangsa, sejarah bangsa-bangsa menunjukkan,
institusi politik adalah yang lebih mendasar. Kelompok institusi inilah yang
pada akhirnya menentukan aturan main yang mengondisikan efektif tidaknya
institusi-institusi lain. Pembenahan
dan penataan institusi politik merupakan kunci pembuka kemajuan bangsa.
Selanjutnya riset sejarah menunjukkan, institusi politik akan
mendukung proses kemajuan suatu bangsa apabila memenuhi dua persyaratan utama.
Pertama, harus ada suatu tingkat konsentrasi kekuasaan politik di tingkat
nasional yang cukup untuk menjamin penegakan law and order. Somalia dan
Afganistan adalah contoh ekstrem kekuasaan terlalu tercerai-berai sehingga
ketertiban umum dan hukum tidak bisa dijalankan.
Syarat kedua
adalah sebaliknya, yaitu kekuasaan politik tak boleh terkonsentrasi di tangan
satu kelompok atau beberapa kelompok saja (oligarki), tetapi harus terbagi
sedemikian rupa sehingga elemen- elemen utama bangsa terwakili di dalamnya. Konstelasi politik harus inklusif karena dengan demikian
sistem checks and balances dapat berjalan efektif. Tidak terlalu terkonsentrasi
dan tidak terlalu tercerai-berai.
Dengan kata lain: sistem demokrasi! Riset tersebut menarik
kesimpulan kuat dari analisis empiris sejarah bahwa demokrasi merupakan sistem
politik yang paling menjanjikan bagi bergulirnya proses kemajuan bangsa. Tentu,
yang dimaksud adalah demokrasi dalam arti substantif, bukan sekadar bentuk
formalnya.
Riset menunjukkan bahwa makin tinggi pendapatan per kapita,
makin besar peluang demokrasi berhasil dan berlanjut (Fareed Zakaria, 2003).
Bangsa-bangsa yang sedang membangun dan sedang mengonsolidasikan demokrasinya
sangat penting untuk menghindari krisis ekonomi. Sebab, di situ ada risiko
tinggi sendi- sendi demokrasi yang sedang dibangun ikut rontok. Konsolidasi
demokrasi berpeluang tinggi berhasil bila ditopang oleh perekonomian yang
tumbuh dan manfaatnya makin terbagi merata.
No comments:
Post a Comment